Aku dan Gunung-gunung Itu

Gunung gunung itu masih gagah berdiri,
tanpa pernah kutaklukkan.
Aku hanya berjalan di tanahnya,
menyusuri hutannya,
menembus kabutnya.

Gunung gunung itu masih tinggi menjulang,
tanpa pernah kutaklukkan.
Aku hanya menapaki puncaknya,
bangga sesaat.
Aku harus turun lagi,
bertempur lagi dengan hari hari yang biasa.

Perjalanan perjalanan itu selalu memukauku.
Setiap gunung memiliki misteri masing masing.
Setiap gunung mempunyai ajaran sendiri.
Banyak nilai yang bisa digali,
dan aku menikmatinya.

Aku tak pernah tahu, mengapa harus mendaki.
Aku tak pernah bisa menjawab, saat orang bertanya,
“Apa sih enaknya naek gunung ?”

yang aku tahu,
gunung gunung itu selalu memberikan damai,
Keheningan yang memabukkan.
Memaksaku untuk datang lagi, dan lagi.
Memaksaku untuk berjalan lagi, dan lagi.
Entah sampai kapan.

Aku tak pernah bisa menjawab,
ketika banyak orang bertanya,
“kenapa harus capek – capek naek gunung, kalo akhirnya harus turun lagi?”

Yang aku tahu,
Gunung gunung itu memberikan hari hari yang berbeda,
memberikan hari hari yang tidak biasa.
Mengajariku untuk terus berjalan ke arah tujuan.
Mengajariku untuk terus berjuang meraih tujuan.
Mengajariku tentang kesabaran,
menunjukkan padaku tentang semangat yang tak boleh padam.
Memberiku kesempatan untuk dekat dengan Langit.

Aku tidak pernah tahu jawabnya,
saat orang bertanya,
“kenapa si, banyak orang yang suka naek gunung ?”

Yang aku tahu,
gunung gunung itu memberiku teman teman baru,
menunjukkan kepadaku tentang manusia-manusia sejati
dengan daya juang yang luar biasa.
Memperlihatkan kepadaku tentang persahabatan alami,
persahabatan yang jujur.
Menunjukkan kepadaku wajah-wajah polos diri,
wajah-wajah yang terbuka, tanpa topeng.

di tempat dingin itu, aku menemukan diriku,
menemukan lemahku,
menemukan rendahku,
menemukan jahatku,
menemukan curangku,
menemukan topengku.

dan aku pun mencibir sombongku,
memaki kerakusanku,
mencemooh kepalsuanku.

diantara basah itu,
aku sadar,
aku adalah kecil.
aku adalah kecil.

Gunung gunung itu masih disitu.
Tanpa pernah kutaklukkan.

endji787/06

Dulu…
Hanya berbekal beberapa puluh ribu
Kini…
Yang aku butuh hanya sedikit waktu

berpuluh kilo aku tempuh
berpuluh kilo di punggungku
dengan badan sekurus itu

ibuku bilang aku tambah gagah
tapi aku tak yakin apakah masih sanggup melangkah

haruku mengingat masa itu
banggaku mengenang jayaku

12 Responses to Aku dan Gunung-gunung Itu

  1. gunung itu masih saja disitu…
    tanpa pernah kita taklukkan…

    kita hanya diijinkan…
    merengkuh sejuknya…
    nikmati damainya…
    membawa cerita, untuk anak cucu kita…

    tanpa pernah kita tahu,
    apa alasan untuk semua itu,

  2. awisawisan says:

    nda ada gunung yang nda keren,
    kapan ya bisa punya kesempatan untuk naek gunung…

  3. l5155st says:

    Maksud hati ingin memeluk gunung…Apa daya tangan tak sampai…

    suka puisi juga, akh?

    Suka Puisi, Layaknya Suka Naek Gunung…
    Apalagi kalo bikin puisinya ketika di gunung…
    Hmmm…

  4. yanti says:

    Berbahagialah orang-orang yang diberiNYA kesempatan untuk bertadabur alam.

    Saya sendiri… entah kapan lagi dapat naik gunung..

  5. mahabbahtedja says:

    assalamu’alaikum
    salam kenal dari anna.

    😀
    antum suka naik gunung?
    subhanallah, sama akh.
    rencana liburan ini mau ke Welirang dan Arjuna gagal, karena ada Kp. 😀

    dengan naik gunung, kita akan tahu watak manusia sebenarnya ketika perut diserang rasa lapar. dan lelah. kawan akan jadi lawan…. 😀

    bagus puisinya akh…
    😀

    wa’alaykumsalam…
    Salam kenal juga
    Iya naek gunung adalah hobi saya, tp sekarang sudah kerja…jadi udah ga punya waktu luang…
    Benar kata antum…untuk tahu watak seseorang yg sebenarnya salah satu caranya ajak dia naek gunung…karena disana kita benar2 diuji…
    Jadi jgn percaya dulu,apa bener temenmu saat ini tulus berteman denganmu, sebelum kamu tahu bagaimana kelakuanya saat naek gunung denganmu…

  6. arief_dj says:

    ..mendaki gunung, kita jadi bisa tau, betapa kecil diri kita.. kita juga bisa dapatkan gambaran tentang seberapa besar kemampuan kitadi dalam mengontrol diri kita.. dulu, saat masih sma, aq selalu naek gunung bareng2, asik, menyenangkan, dan tak terlupakan.. sejak kuliah, aq lebih sering sendiri ajah kalo naek gunung, karena konon katanya, “..lelaki, kelak sendiri..”..

  7. ahsinmuslim says:

    saya baru saja pulang dari berpetualang di bukit pacitan.
    rasanya seru dan melelahkan….
    lihat di sini. http://ahsinmuslim.wordpress.com/2008/07/17/touring-to-the-pacitan/

  8. Subhanallah

    Puisi yang bagus 🙂

    bukan saya yg buat…
    Junior saya di STAPALA yg buat…

  9. afraafifah says:

    saya jg ingin skali hiking ke lembah mandalawangi..

    wah berat loh ukh….
    saya aja gak tau masihkah kuat kesana lagi….
    🙂

  10. Sadat ar Rayyan says:

    itu gambar gunung mana akh? saya sih lum pernah manjat2. ingin sekali ke bromo ato ke rinjani. he..he..

    kayaknya semeru deh,
    Kalo ke bromo mah ibu2 hamil juga bisa…
    Rinjani? Boleh juga, kapan? Saya juga belom pernah kesana…

  11. Dhuha says:

    Assalamu’alaykum,

    tindak k gunung kelud akhi ..
    dekat skl dg kediri

    🙂

Leave a reply to afraafifah Cancel reply