Permohonan Maaf dan Klarifikasi

August 31, 2008

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga terlimpah atas Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya.

Amma ba’du

Tulisan ini saya buat dalam rangka klarifikasi dan permohonan maaf kepada pihak-pihak yang merasa saya telah bertindak tidak sebagaimana mestinya sebagai seorang blogger dan penuntut ilmu (insyaAllah). Sebagai pendahuluan, saya akan mengutip perkataan saya sendiri pada halaman Siapa Saya di blog ini. Disana saya menyebutkan sebuah disclaimer bahwa; “Blog ini hanya blog biasa, belum layak untuk disebut sebagai blog Salafiyyin sebagai sarana dakwah seperti blog-blog Thullab yang telah ada, dikarenakan pemilik blog ini hanyalah hamba yang dhoif yang masih jauh dari ilmu. Adapun tulisan-tulisan yang ada merupakan buah karya para Ulama maupun Asatidz yang saya tulis ulang agar bisa dinikmati dan memberikan manfaat para penyelancar dunia maya. Kalaupun terdapat tulisan saya pribadi, mungkin hanya sekedar renungan kloset yang harus saya tumpahkan agar tidak mengalami konstipasi pemikiran. Demikian blog ini saya buat semoga menghasilkan manfaat bagi semua.”

Read the rest of this entry »


Jakarta dan Hujan

August 11, 2008

Aku menembus gelap malam

Diantara Rintik hujan

Saat angin Jakarta bertiup dengan kencangnya

Hanya untukmu

Dan ketika rintiknya semakin deras

Aku bertambah bahagia

Hujan telah menahanku untuk tetap disini

Disini

Sampai saat ini pun

Kala hujan turun, aku akan selalu tersenyum

Hujan akan mengenangkanku akan dirimu

(Tengah Malam 21 Rajab 1429 menunggu hujan di bulan Juli)

klik untuk membaca lebih lanjut


Bakti kepada Ibunda

August 11, 2008

Jangan tanya berapa usianya, karena sejak lahir, ia tidak pernah dibuatkan selembar surat bernama Akta Kelahiran oleh kedua orang tuanya di kampung. Ia lahir dan besar di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Allah mengaruniainya banyak anak. Karena himpitan ekonomi yang mendera ia dan mendiang suaminya memilih hijrah ke kota Makassar, mencoba peruntungan nasib. Guratan usia dan himpitan ekonomi terlihat jelas di wajahnya yang sepertinya tak pernah tersentuh bedak, apalagi lipstik dan wangi-wangian.

Sudah cukup lama ia hidup sendiri, tidak jauh dari perempatan jalan Urip Sumohardjo dan A.P. Pettarani, Makassar. Anak-anaknya, setelah berkeluarga, pergi meninggalkan. Tak ada lagi yang peduli. Dalam kesendiriannya, ia tak mau berpangku tangan apalagi bermalas-malasan. Haram baginya menengadahkan tangan, meminta belas kasihan orang lain, meski hal itu bisa saja dilakukannya. Ia memilih bertahan hidup dengan menjajakan jagung bakar bagi para pengguna jalan. Sebuah nampan lebar, sebotol minyak tanah dan tumpukan kayu bakar tua setia menemaninya. Ia berjualan tak jauh dari rumah reotnya, karena kedua kakinya yang lumpuh, tak mampu lagi menyanggah beban tubuhnya yang mulai renta.

klik untuk lanjut membacanya……


Kajian Ilmiah Kota Tuban

August 8, 2008

Kajian Ilmiah Kota Tuban Untuk Pencari Ilmu

Kami mengundang saudaraku sekalian untuk menghadiri Kajian Islamiah di kota

Tuban, yang insya Allah diselenggarakan pada:

Hari : Ahad

Tanggal : 10 Agustus 2008

Jam : 08.00 – selesai

Tempat : MASJID BAITURRAHMAN GEDONG OMBO TUBAN

( Selatan PDS / Pasar kambing)

Materi :Hilyah Tholibil Ilmi ( Hiasan para pencari Ilmu )

Karya Syaikh Dr. Bakr Abu Zaid

Oleh : Ustadz Abdullah Taslim, Lc.

(Mahasiswa S2 Jami’ah Islamiyah MadinahKSA)

Terbuka untuk umum putra dan putri

Informasi lebih lanjut Hubungi:

Abu Luthfi Samsul Huda (0356) 333471, 7022225, 085648555505, 085230305550

Ali, 08123410640

Abun, 085235599474

Alhamdulillah kini dakwah salaf di kota kelahiranku semakin semarak. Al Ustadz Abdullah Taslim, LC –hafizhahullah- tadi sore (8 Agustus) setelah menyampaikan khutbah jum’at dan mengadakan ta’lim di Masjid Siti Khadijah, Sudiang-Makassar langsung terbang ke Surabaya. Subhallah, betapa sibuknya jadwal beliau selama liburan ini padahal rencananya beliau akan cepat kembali ke Madinah untuk menyelesaikan Tesisnya. Semoga Allah memberikan kesehatan dan memudahkan urusan beliau. Dan ternyata Ustadz Masruhin Sahal, LC adalah teman beliau selama menuntut ilmu di Jogja dulu. Tak sabar juga saya untuk bertemu dengan ustadz Masruhin Sahal, LC (saya belum pernah bertemu beliau) sebagai pelopor dakwah salaf di kota kelahiran saya, sepertinya sangat berat untuk mendakwahkan manhaj ini di lingkungan yang kebanyakan masyarakatnya awwam dan sangat fanatik dengan kiai-kiai mereka, lebih lagi dengan khurafat dan praktek quburiyyun pada makam Sunan Bonang. Semoga bendera dakwah ahlussunnah semakin berkibar disana, biidznillah. amin…


Syair Aqidah Muslim

August 2, 2008

Jika pengikut Ahmad adalah wahabi, maka aku akui bahwa diriku wahabi.

Kutiadakan sekutu bagi Tuhan, maka tak ada Tuhan bagiku selain Yang Maha Esa dan Maha Pemberi.

Read the rest of this entry »


Kajian Ilmiyah Makassar

August 1, 2008

Kajian Islamiyah Makassar
Tema :
MENELADANI NABI DALAM BERDAKWAH
Dan
PERJALANAN MENUJU KE AKHIRAT

Al-Ustadz Abdullah Taslim, LC
( Mahasiswa S2, Jurusan Hadist Universitas Islam Madinah )
Masjid Khadijah
Jl. Asrama Haji, Sudiang, Makassar
Kamis – Jum’at, 7-8 Agustus 2008
Kontak Ikhwah : Abu Humairah   = 081355225661
Abu Hafsah         = 081524824774
Masjid Khadijah = 0411-555530
Transportasi     :  Naik Pete- pete jurusan Kota – Sudiang (tanya dulu apakah masuk asrama haji) turun di Masjid Siti Khadijah

Sandiwara Langit

July 26, 2008

Judul Buku : Sandiwara Langit

Tebal Buku: 200 halaman

Penulis: Al Ustadz Abu Umar Basyier

Penerbit: Shofa Media Publika

Harga: Rp28.000,00

Cerita Saya dibalik buku ini

Saat itu saya sedang ada keperluan untuk berkunjung kembali ke Ibu Kota. Di sana saya memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dengan beberapa ikhwan yang selama ini hanya saya kenal via internet (ana uhibbukum fillah). Dan bertemulah kami semua di tempat yang telah disepakati yaitu saat kajian ustadz Abdul Hakim di masjid Al Mubarak Gajah Mada. Setelah kajian usai, kebetulan saya juga berniat untuk pergi ke kwitang di bilangan senen untuk memenuhi kembali hasrat lama saya berbelanja buku di sana seperti dulu kala saat saya masih di kantor pusat. Dan secara kebetulan pula, salah satu ikhwan (abu yahya) bermaksud untuk menitipkan sebuah buku kepada saya untuk diberikan kepada rekannya (abu naufal) yang juga tinggal di Makassar.

Di kwitang kami bertemu kembali dengannya, setelah memberikan buku yang dimaksud ikhwan tadi berpamitan dengan saya, tak lupa saya ucapkan terimakasih atas pertemuannya dan iseng saya tanyakan dimana dia membeli buku tersebut. Kami segera bergegas mencari toko yang dimaksud, karena menurut penuturan ikhwan tadi, di toko ahlussunnah dan toko buyung (yang biasa saya sambangi) telah habis buku tersebut. Karena saya tertarik dengan cerita ikhwan tadi tentang buku ini dan juga di dukung oleh kegemaran saya menikmati tulisan sang ustadz di majalah nikah akhirnya saya putuskan untuk membeli juga.

baca resensi selengkapnya………..


Ukhty, Saya Cemburu……..

July 21, 2008

Tak dapat dipungkiri lagi, pada era globalisasi dan modernisasi ini beberapa dari kita tidak bisa lepas dari derasnya arus dua hal tersebut. Salah satu produk dari modernisasi adalah jaringan global bernama internet. Ya, sekarang siapa sih yang gak kenal dengan makhluk yang satu ini, bahkan dalam sebuah iklan layanan masyarakat ,pemerintah mulai menggembar-gemborkan program internet masuk sekolah, sampai kepelosok desa, tak lain dengan tujuan agar masyarakat kita “melek dunia”. Sekarang, sangatlah mudah bagi kita untuk menimati jaringan internet. Yang berbayar, dari mulai warnet, berlangganan pada ISP, berlangganan pada provider kartu seluler, hingga cukup memanfaatkan hape sebagai sarana browsing. Yang 100% gratis, dari mulai layanan hotspot di kampus-kampus, cafe, mall, sampai akses internet pedesaan yang berasal dari bantuan luar negeri.

Arus informasi dengan deras kita tampung dan rekam dalam memori otak kita. Akan tetapi, seperti layaknya sebuah teknologi buatan manusia, ada dua sisi berlainan berkenaan dengan dampak yang ditimbulkannya. Memang semua tergantung pada si pemakainya, apakah digunakan untuk kemaslahatan atau sebagai sarana yang malah memudharatkan. Bagi pecinta pornografi, internet layaknya sebuah gudang yang tak terbatas bagi materi yang berbau syahwat yang satu ini. Namun internet juga menjadi pemuas dahaga yang sejuk bagi para penuntut ilmu yang haus akan suguhan materi penenang ruhani.

Salah satu manfaat yang lain dari “dunia maya” ini adalah sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri. Baik itu fenomena blogging yang sedang marak, berkumpul dalam wadah forum tertentu, maupun hanya bergabung dalam jejaring sosial dengan nama friendster, myspace, facebook dan semisalnya. Tak hanya dari kalangan awwam, para aktivis dakwah dan penuntut ilmu pun tak luput untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas gratis seperti ini. Sebagai sarana dakwah atau hanya sebagai pengerat tali ukhuwah. Namun sangat disayangkan, apabila cara mereka dalam mengaktualisasikan diri secara tidak sadar (karena mudah-mudahan tidak disengaja) telah melanggar koridor-koridor syar’i.

ikuti pembahasannya lebih lanjut yuk……..


Aku dan Gunung-gunung Itu

July 1, 2008

Gunung gunung itu masih gagah berdiri,
tanpa pernah kutaklukkan.
Aku hanya berjalan di tanahnya,
menyusuri hutannya,
menembus kabutnya.

Gunung gunung itu masih tinggi menjulang,
tanpa pernah kutaklukkan.
Aku hanya menapaki puncaknya,
bangga sesaat.
Aku harus turun lagi,
bertempur lagi dengan hari hari yang biasa.

Perjalanan perjalanan itu selalu memukauku.
Setiap gunung memiliki misteri masing masing.
Setiap gunung mempunyai ajaran sendiri.
Banyak nilai yang bisa digali,
dan aku menikmatinya.

Aku tak pernah tahu, mengapa harus mendaki.
Aku tak pernah bisa menjawab, saat orang bertanya,
“Apa sih enaknya naek gunung ?”

yang aku tahu,
gunung gunung itu selalu memberikan damai,
Keheningan yang memabukkan.
Memaksaku untuk datang lagi, dan lagi.
Memaksaku untuk berjalan lagi, dan lagi.
Entah sampai kapan.

Aku tak pernah bisa menjawab,
ketika banyak orang bertanya,
“kenapa harus capek – capek naek gunung, kalo akhirnya harus turun lagi?”

Yang aku tahu,
Gunung gunung itu memberikan hari hari yang berbeda,
memberikan hari hari yang tidak biasa.
Mengajariku untuk terus berjalan ke arah tujuan.
Mengajariku untuk terus berjuang meraih tujuan.
Mengajariku tentang kesabaran,
menunjukkan padaku tentang semangat yang tak boleh padam.
Memberiku kesempatan untuk dekat dengan Langit.

Aku tidak pernah tahu jawabnya,
saat orang bertanya,
“kenapa si, banyak orang yang suka naek gunung ?”

Yang aku tahu,
gunung gunung itu memberiku teman teman baru,
menunjukkan kepadaku tentang manusia-manusia sejati
dengan daya juang yang luar biasa.
Memperlihatkan kepadaku tentang persahabatan alami,
persahabatan yang jujur.
Menunjukkan kepadaku wajah-wajah polos diri,
wajah-wajah yang terbuka, tanpa topeng.

di tempat dingin itu, aku menemukan diriku,
menemukan lemahku,
menemukan rendahku,
menemukan jahatku,
menemukan curangku,
menemukan topengku.

dan aku pun mencibir sombongku,
memaki kerakusanku,
mencemooh kepalsuanku.

diantara basah itu,
aku sadar,
aku adalah kecil.
aku adalah kecil.

Gunung gunung itu masih disitu.
Tanpa pernah kutaklukkan.

endji787/06

Dulu…
Hanya berbekal beberapa puluh ribu
Kini…
Yang aku butuh hanya sedikit waktu

berpuluh kilo aku tempuh
berpuluh kilo di punggungku
dengan badan sekurus itu

ibuku bilang aku tambah gagah
tapi aku tak yakin apakah masih sanggup melangkah

haruku mengingat masa itu
banggaku mengenang jayaku


Bakwan…oh… Bakwan…

June 25, 2008

Pemuda itu bergegas mempercepat langkahnya menuju tempat yang disepakati untuk bertemu dengan beberapa orang kawan. Sesampainya di tempat yang dijanjikan, dia tak melihat seorang pun disana, hanya suasana sunyi yang dia dapati. Sejenak dia berpikir, tidak mungkin dia terlambat. Dia yakin betul dengan ingatannya bahwa hari sebelumnya mereka sepakat untuk bertemu di tempat ini selepas sholat maghrib untuk bersama-sama berangkat ke sebuah masjid yang tidak jauh dari situ. Meskipun masjid itu tidak jauh dari tempat yang mereka sepakati untuk bertemu, tapi dia tidak punya cukup nyali untuk pergi kesana sendirian, mengingat dia berpikir bahwa dia bukanlah termasuk salah satu dari golongan mereka. Akhirnya, dia memutuskan untuk menyusul temannya langsung ke masjid yang dimaksud dengan tekad yang terlalu dipaksakan tentunya.

klik untuk lanjut membaca…………